Aspek Eko-Religius dalam Naskah Lontar Pertanian di Bali

Rp40.000

Sawah yang merupakan bagian dari alam dan kelestarian ling­­kungan hidup adalah sebuah prioritas yang patut dijaga oleh se­tiap individu. Sawah juga mendukung keberadaan berbagai eko­sistem di bawahnya. Selain itu, sawah juga dapat menjaga ke­subur­an tanah sebagai manfaat dari pengolahannya, sehingga sawah di Bali merupakan kekayaan ekologi yang sangat penting untuk di­lestarikan. Bukan hanya sistem pengairan, kesuburan lahan, cara menanam, cara merawat, cara memanen, hingga hasil yang me­limpah, melainkan spirit yang menggetarkan tradisi tersebut yaitu religiusitasnya.

Wujud konsep eko-religius dalam naskah lontar pertanian Ba­li nampaknya menggambarkan kedekatan antara budaya, ke­per­caya­an, dan alam. Hal ini berkaitan dengan konsep Tri Hita Karana (pawongan, palemahan, parahyangan) sebagai basis kuat yang ter­tanam di setiap ranah kebudayaan Bali yaitu hubungan manusia, alam, dan Tuhan. Dalam upaya pemertahanan lingkungan, konsep eko­logi ini sangat penting untuk dikembangkan guna menyentuh aspek budaya yang mulai surut. Terancamnya keadaan lingkungan dan merosotnya pengamalan kesakralan budaya membuat konsep ekologi yang berbasis religius itu penting untuk digali terus-me­nerus.

Stok 1

Kategori:

Deskripsi

Sawah yang merupakan bagian dari alam dan kelestarian ling­­kungan hidup adalah sebuah prioritas yang patut dijaga oleh se­tiap individu. Sawah juga mendukung keberadaan berbagai eko­sistem di bawahnya. Selain itu, sawah juga dapat menjaga ke­subur­an tanah sebagai manfaat dari pengolahannya, sehingga sawah di Bali merupakan kekayaan ekologi yang sangat penting untuk di­lestarikan. Bukan hanya sistem pengairan, kesuburan lahan, cara menanam, cara merawat, cara memanen, hingga hasil yang me­limpah, melainkan spirit yang menggetarkan tradisi tersebut yaitu religiusitasnya.

Wujud konsep eko-religius dalam naskah lontar pertanian Ba­li nampaknya menggambarkan kedekatan antara budaya, ke­per­caya­an, dan alam. Hal ini berkaitan dengan konsep Tri Hita Karana (pawongan, palemahan, parahyangan) sebagai basis kuat yang ter­tanam di setiap ranah kebudayaan Bali yaitu hubungan manusia, alam, dan Tuhan. Dalam upaya pemertahanan lingkungan, konsep eko­logi ini sangat penting untuk dikembangkan guna menyentuh aspek budaya yang mulai surut. Terancamnya keadaan lingkungan dan merosotnya pengamalan kesakralan budaya membuat konsep ekologi yang berbasis religius itu penting untuk digali terus-me­nerus.