Deskripsi
Ada tiga hal menarik dalam buku ini. Pertama, buku ini menjabarkan tentang subak sebagai warisan kebudayaan agraris khas Pulau Bali. Penjabaran ini menjadi lebih unik lagi karena dikaitkan dengan Desa Taro, yang menurut cerita rakyat adalah desa pertama di mana sistem subak berasal. Keunikan ketiga dalam buku ini adalah mengenai komoditas yang diunggulkan, yakni jahe. Ini menjadi menarik karena subak pada umumnya terkait dengan pembagian air di lahan basah, sedangkan jahe bukanlah tanaman lahan basah.
Meskipun menitikberatkan pada strategi komunikasi bagi menyuluh pertanian terha-dap para petani, buku ini memberikan kilas-an mengenai situasi terkini subak di tanah asalnya, di desa tua Taro, di mana Rsi Markandeya kali pertama bermukim di Bali.
Tak hanya bagi para akademisi, hasil peneli-tian ini berguna pula bagi penyuluh pertanian dalam mengembangkan strategi komunikasi penyuluhan yang efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman masya-rakat petani. Penyuluhan yang efektif akan berkontribusi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.